curhat seorang sahabat

A SHORT STORY
Ini kisah seorang temanku.
Entah aku mesti bagaimana.
Kau tahu, ketika seseorang duduk di depanmu, kemudian memasang wajah sendu, lalu menangis tersedu-sedu. Hahaha. Mungkin kadang kau bisa memahami, tapi bisa jadi, kau sebenarnya tertawa terpingkal-pingkal di dalam hati. Jengah, malas. Untuk apa mendengarkan curhat orang lain sementara dirimu pun sedang dirundung masalah.

Tapi tidak, kawan. Demi persahabatan. Demi kesempatan yang akan kau raih bila kau sendiri di hadapkan pada situasi yang sama. Iya, dia juga mesti membalas budi baikmu bukan. Untuk apa gunanya seorang teman, jika ia tak menyemangatimu kala kau rapuh atau tertawa bersamamu saat kau sedang ceria.

Ini demi seorang sahabat, maka akupun diam mendengarkan.
Bukan, pada umumnya curhat bukanlah untuk mencari solusi. Ia hanya pelampiasan agar kau merasa nyaman. Merasa benar dengan segala yang kau lakukan. Untuk membuatmu kuat menatap kembali masa depan.

“Lang, …gimana dong Lang? Fara mulai menggesekan dirinya kepadaku saat aku sedang asyik berblog ria.
“Apa sih?” tanggapku malas.
“Please…dengerin aku…kali ini benar-benar aku perlu pendapatmu…” ujarnya lagi.
Bukannya selalu…kalau ia lagi galau, aku selalu berusaha mendengar keluh kesahnya.

“iiih….Kamu kan lebih tua dariku. Kamu kan berpengalaman…”ia memelas lagi.
“Yeaaaa….whateva…hihi…
just kidding Far….okey…bentar ya” kataku sambil langsung mengalihkan pandanganku padanya.
“What’s up, cantik?” tanyaku menyelidik.
Wajahnya yang lugu dan kekanak-kanakan mulai memenuhi bola mataku. Dari dalam kulihat pancaran jiwanya yang kelabu.

“Aku bingung…aku tahu aku harus memilih siapa, tapi aku ga bisa….” ujarnya memulai.
“well…coba ulang dari awal gih…gimana tuh kisah dimulai?”
_____________________________________________________________________________________
Fara. Ia adalah seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi di kota Bandung. Aku bertemu dengannya ketika saat itu aku sendiri mulai menyusun skripsi. Ia sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Dan ia adalah seorang anak yang cerdas. Jiwanya yang ingin berkelana namun tak mampu tersalurkan, membuatnya selalu menghabiskan waktu berjam-jam di layar monitor, merambah dunia maya dan ikut tenggelam di dasarnya.

Ia termasuk seorang introvert, seorang melankolis sejati. Namun begitu ia cocok denganku, ia akan langsung mengeluarkan bertubi-tubi idenya tanpa ampun. Membuatku kewalahan.
____________________________________________________________________________________
Saat itu, aku duduk sendirian, memposting sebuah blog di netbookku sambil minum kopi di kafetaria.
Aku tahu ada yang tidak biasa. Entahlah. Aku merasa ada seseorang mempehatikanku dari kejauhan.
Aku ingin sekali mencari tahu. Namun ingin menantangnya untuk langsung menyapaku dari dekat. Maka, kubiarkan saja.
Keluar dari kafe, aku langsung menuju halte. Aku merasa ia masih mengikutiku. Ia berhenti saat aku berhenti, dan meneruskan langkah kaki saat aku melanjutkan lagi.
Entah siapa, tapi aku tahu ia ada. Dan ia bukanlah hantu. Ia nyata. Dan kupikir begitu. Dan ternyata memang begitu.
Benar saja. Kini ia ada di hadapanku. Wajah yang kurasa pernah kukenal dulu. Tapi entah dimana? Siapa dia?

“Kau Fara?” tanyanya dengan suara yang mirip musik klasik. Menusuk ke sumsumku, meresap ke poriku, dan medengung di telingaku.

“Ya…oh, bukan. Namaku Aisyah.” Jawabku. Entah kenapa reaksiku demikian berbalik dengan pikiranku.
Dia menyernyitkan dahi.
“Oh, begitu?…” dia menyelidik.
Tidak apa. Ini mungkin memang kebiasaanku.
Aku langsung tersenyum sedangkan hatiku tertawa melihat reaksinya yang lucu.Ia tidak begitu
tampan. Tapi entah kenapa…seolah ada energi elektron yang ingin menempel padaku dengan sangat kuat. Ia mempesonaku. Dengan caranya yang aneh dan tak biasa.

“Maaf…saya bercanda….anda benar. Tapi apa saya mengenal anda?” Tanyaku kini dengan serius.

Ia menarik nafas. Tersenyum. Lalu mengeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali.

Oh, tidak, apa aku berbuat masalah lagi. Apa aku telah melakukan hal anomali lagi? Bagaimana kalau ia tak suka? Lalu meninggalkanku…seperti biasa….seperti yang mereka lakukan dulu. Membuatku menyadari bahwa aku tak layak dicintai.

“Aku teman masa sekolahmu dulu. Far…bagaimana mungkin kau tak mengingatku?”

Apa? Seketika aku terkejut. Tak mungkin aku lupa teman-temanku dulu? Siapa dia?

“Aku Yahya…

Leave a comment