Futurmu…

Galau. Suntuk. Malas. Tak semangat. Lalai shalat. Emosi meluap-luap. Enggan memulai untuk membaca AlQur’an. Segalanya tidak sesuai dengan harapan. Banyak yang masih berantakan.
Bangun. Memburu facebook, melihat status orang-orang. Berkeluh kesah tak karuan. Memposting blog. Meneruskan pekerjaan kantor. Menaikan level game. Tak pernah terlewatkan.
Bukan mengejar shalat yang lalai. Atau untuk tahajud saja gontai. Itu nanti. Itu sebentar lagi. Biarkanlah dirimu untuk minum kopi dulu dan mendengar beberapa lagu atau memposting blog baru. Atau teringat dia. Teringat masalah. Teringat betapa dirimu kesepian.
Dan hatimu pun menjerit. Menangis. Teringat hutang di sana sini. Bukan berupa uang. Tapi janji. Pada diri sendiri. Pada teman. Pada kehidupan. Yang terabaikan. Ketika tahu bahwa segala sesuatu nanti dipertanggungjawabkan, dipertanyakan. Karena saat ini dicatat amal baik ataupun amal buruk. Untuk itulah kau takut.
Astagfirullohal ‘adziim.
Iman yang fluktuatif. Dan kini seolah sudah puncaknya. Puncak yang terbalik. Iman yang mengalami degradasi. Tak ada lagi nasyid yang enak didengar. Yang masuk ke hati. Apakah sudah demikian kerasnya? Sudah demikian hitamnya? Sudah demikian luaskah lubangnya?
Dan ibumu bilang, 10 tahun lagi kau akan beruban. Kau harus cepat jika tak mau ketinggalan.
Tidak. Jangan kau biarkan usiamu sia-sia. Jangan biarkan kau futur berkepanjangan.
Jangan biarkan nafsu menguasai ragamu. Kau mesti bangkit dan bergerak maju….
Bismillaahirrohmaanirrohiim, bersamaNya kau pasti mampu.

Leave a comment